Disarpus OKU Tampilkan Prosesi Nyambai Ugan dan Festival Literasi Sumsel

Berita Daerah29 Dilihat
Festival Literasi Sumsel tahun 2025 yang digelar di Asrama Haji Palembang. Foto : ist

PALEMBANG, KLIKOKU. ID – Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Ikut ambil bagian memeriahkan Festival Literasi Sumsel tahun 2025 yang digelar di Asrama Haji Palembang pada Jum’at (07/11/2025).

Dalam kegiatan yang diikuti 17 Kabupaten/Kota se Sumsel ini, Disarpus OKU membuka Stand yang menampilkan berbagai kesenian, adat istiadat dan kebudayaan asli Bumi sebimbing sekundang.

“Alhamdulillah semarak Stand kita semakin meriah karena kemarin dikunjungi langsung oleh Bapak Bupati OKU H Teddy Meilwansyah bersamna Ibu Ketua TP PKK OKU Hj Zwesty Karenia Teddy,” kata Kepala Disarpus OKU Ahmad Azhar S.STP.,M.M saat dibincangi portal ini.

Dalam Stand tersebut Disarpus OKU menyajikan berbagai kesenian, adat istiadat dan kebudayaan asli OKU yang telah terasip dengan baik dan rapi di Disarpus OKU, bahkan salah satu adat istiadat itu telah ada sejak jaman dulu.

Seperti Prosesi Nyambai ugan, adalah prosesi adat yang telah ada sejak masuknya zaman majapahit ke Ulu Ogan, hal itu terdapat dalam sejarah kitab remas Undan Selake. Prosesi ini digunakan masyarakat pada acara panen buah, pernikahan dan penyambutan tamu kehormatan.

Prosesi ini diawali dengan adang-adangan (menghadang red) yakni rombongan dihadang dengan menggunakan kain atau tombak dilanjutkan dengan berbalas pantun, kemudian barulah ditampilkan tarian bakhi nyambai ogan.

“Tahun ini kita menghadirkan prosesi Nyambai Ugan yang sudah ada sejak tahun 1843, Kita ingin mengenalkan sejarah adat istiadat dan budaya dari OKU, ini yang telah terarsip dengan baik,rapi dan sudah terdokumentasi dalam buku penelitian belanda tahun 1843,” tutur pria yang akrab disapa Alal ini.

Dikatakan Alal untuk menampilkan hal tersebut, Disarpus OKU telah menyiapkan narasi yang ditampilkan dalam televisi, berikut dengan alat music, kain dan prosesi nyambai ugan diantaranya, Kain Dudut Laki-Laki dengan cirri-ciri Panjang 103 cm dan Lebar 84 cm kain ini diperkirakan dibuat tahun 1960. Sama halnya dengan kain dudut wanita dengan panjang 144 cm dan lebar 102 cm dengan warna ujung kain yang berbeda yakni hitam dan merah dan diperkirakan dibuat pada tahun yang sama.

“Ada juga Kain pelangi dengan ukuran panjang 206 cm dan lebar 70 cm diperkiarakan tahun 1920, kain ini biasanya digunakan masyarakat untuk prosesi penyambutan atau penerimaan tamu dengan cara dilipat kecil dan dikalungkan ke tamu,” jelasnya.

Ada juga Lanjut Alal alat musik yakni Wak Tawak berupa alat music terbuat dari kuningan yang dipukul berbentuk seperti gong dengan ukuran 40 cm, Tuk Getuk terbuat dari kayu alami berbentuk bulat dengan panjang 118 Cm dengan lubang kecil memanjang ditengahnya diperkirakan sudah ada sejak tahun 80an.

“Ada juga alat music Pendi sama seperti Wat Tawak namun ukurannya sekitar 30 Cm dengan alunan irama yang dikeluarkan sangat khas yakni berdengung sedang. Ada juga Jidur berupa kendang yang dipukul terbuat dari kulit kambing dan kayu alami dengan ukuran 30 cm diperkirakan sudah ada sejak tahun 80an, kemudian ada Gong dan terakhir ada Gamelan jadi alunan irama yang dikeluarkan alat music ini berpadu membuat alunan music yang sangat indah,” imbuhnya.

Alal berharap dengan ditampilkannya Prosesi Nyambai Ugan ini di Festival Literasi Sumsel ini, dapat lebih dikenal masyarakat luas tentang adat istiadat yang telah terdokumentasi dengan baik di Disarpus OKU. “Ini salah bentuk literasi pengenalan adat dan budaya OKU ke masyarakat luas,” tukasnya. (Ril)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *